Tech.my.id - Huawei kembali mengejutkan dunia teknologi dengan meluncurkan Mate XT, smartphone layar lipat tiga pertama di dunia, dalam acara spektakuler di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 18 Februari 2025. Peluncuran ini tidak hanya menegaskan posisi Huawei sebagai pionir inovasi, tetapi juga membawa konsep fleksibilitas layar ke level yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
![]() |
Dok. Huawei |
Layar Lipat Tiga: Desain yang Menantang Batas
Dengan slogan “Beyond Imagination”, Huawei Mate XT menghadirkan layar utama berukuran 10,2 inci yang dapat dilipat menjadi tiga bagian, mengubah smartphone menjadi perangkat kompak berukuran saku. Andreas Zimmer, Head of Product Huawei, menyebut Mate XT sebagai “mahakarya desain” dengan ketebalan hanya 4,9 mm saat terbuka, menjadikannya smartphone layar lipat tertipis di dunia.
Keunikan desainnya tidak hanya terletak pada mekanisme lipat tiga arah, tetapi juga material vegan leather pada bodi belakang yang tersedia dalam warna Merah Membara dan Hitam Elegan. Huawei mengklaim material ini tahan gores dan memberikan cengkeraman ergonomis, cocok untuk gaya hidup dinamis penggunanya.
Spesifikasi Gahar & Fitur Unggulan
Di balik desain futuristik, Mate XT dibekali performa tinggi dengan RAM 16GB dan chipset Kirin 9020+, yang dioptimalkan untuk multitasking berat. Baterai berkapasitas 5.200 mAh dengan teknologi ultra-thin silicon anode mendukung pengisian daya supercepat 50W, mengisi 80% baterai hanya dalam 30 menit.
Fitur fotografi juga menjadi sorotan utama. Huawei menghadirkan Ultimate Photography System, kombinasi tiga lensa canggih yang memungkinkan pengguna mengambil foto dengan kualitas layar tablet penuh. Sistem ini dilengkapi algoritma AI untuk pengenalan objek otomatis dan koreksi warna real-time, menjadikan Mate XT alat andalan bagi kreator konten.
Harga Fantastis & Rencana Ekspansi Pasar
Dengan segudang inovasi, Huawei membanderol Mate XT mulai 3.499 Euro (sekitar Rp59 juta). Namun, perusahaan belum mengonfirmasi tanggal rilis dan harga di Indonesia. Andreas Zimmer menegaskan, “Kami sedang bekerja sama dengan regulator lokal untuk memastikan Mate XT memenuhi standar di setiap negara.”
Sinyal positif justru datang dari model saudaranya, Huawei Mate X6, yang telah mendapat sertifikasi Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia). Berdasarkan database P3DN Kemenperin, Mate X6 dengan nomor model ICL-LX9 telah memenuhi TKDN 36,05% dan lolos uji Postel, membuka peluang kehadirannya di Tanah Air secepatnya.
Huawei Mate X6: Jawaban untuk Pasar Premium Indonesia
Jika Mate XT fokus pada terobosan layar lipat tiga, Mate X6 dirancang untuk pengguna yang mengutamakan keseimbangan antara performa dan portabilitas. Layar utamanya berukuran 7,93 inci LTPO OLED dengan resolusi 2K+ dan refresh rate 120Hz, sementara panel eksternal 6,45 inci menggunakan teknologi Quad 3D Curved Display untuk tampilan lebih imersif.
Di sektor kamera, Mate X6 mengusung quad-camera system:
- Lensa utama 50MP dengan stabilisasi optik (OIS)
- Telefoto 48MP (4x optical zoom)
- Ultrawide 40MP (sudut 120°)
- Sensor hiperspektral untuk reproduksi warna sempurna
Ditenagai chipset Kirin 9020 dan RAM 12GB, smartphone ini menjalankan HarmonyOS 4.3 dengan fitur multitasking cerdas. Baterai 5.110 mAh-nya mendukung pengisian nirkabel 50W dan kabel 66W, serta sertifikasi IPX8 untuk ketahanan air. Tersedia dalam tiga varian warna: Nebula Red, Black, dan Nebula Grey.
Tantangan & Proyeksi di Pasar Global
Meski Huawei Mate XT dan X6 menjanjikan inovasi, tantangan utama tetap pada harga premium dan persaingan ketat dengan Samsung Galaxy Z Fold 6 atau Xiaomi Mix Fold 4. Analis pasar memprediksi, segmentasi pengguna awal akan didominasi tech enthusiast dan profesional yang memprioritaskan inovasi.
Di Indonesia, kehadiran Mate X6 mungkin lebih strategis karena harga yang relatif lebih terjangkau (diperkirakan Rp25-30 juta). Namun, Huawei perlu memperkuat layanan purnajual dan edukasi pasar untuk menggaet konsumen yang masih ragu dengan daya tahan layar lipat.
Penutup: Langkah Berani Menuju Era Baru
Peluncuran Huawei Mate XT dan X6 bukan sekadar tentang teknologi, tetapi visi untuk mendefinisikan ulang cara manusia berinteraksi dengan perangkat. Layar lipat tiga mungkin hari ini terlihat seperti fiksi ilmiah, tetapi seperti kata pepatah, “Inovasi adalah kemampuan mengubah imajinasi menjadi kenyataan.”
Jika Huawei konsisten dengan roadmap-nya, tahun 2025 mungkin akan dikenang sebagai awal mula revolusi layar lipat—sebuah babak baru di mana batas antara smartphone, tablet, dan laptop semakin kabur. Bagaimana dengan Indonesia? Jawabannya ada pada kesiapan infrastruktur dan selera konsumen yang semakin melek teknologi.
0 Komentar